watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Menikmati janda sexy

Kami berdua telentang di jok kami masing-masing,
dengan kemaluan kami yang masih terbuka. Kami
saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan
kanan Mbak Yati meremas tangan kiriku, saya tidak
tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian
ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang telah
kami lakukan.
Setelah istirahat sejenak, Mbak Yati mengambil tisue
dan membersihkan cairan kental yang belepotan di
perutku dan kemaluan saya. Mbak Yati
memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang
bercanda dengan mencoba meremas dan
membangunkan kembali rudal saya.
“Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi
gimana..?” kataku bercanda.
“Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya
sambil menirukan iklan di TV.
Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga
membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan
memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan
BH-nya yang kusut. Sementara saya juga
merapihkan kembali celana saya.
Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali
riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke
saya penuh bahagia.
“Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” saya
mengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yang nggak pengin sarang
burungnya dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?”
godaku.
“Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.
Setelah kami semua rapih, Mbak Yati aku antar
pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di
dadaku, tangan kiri saya untuk mendekap dia dan
tangan kanan saya untuk pegang stir.
Sesampainya di rumah MBak Yati, cuaca masih
gerimis. Mbak Yati menawarkan untuk mampir
sebentar di rumah.
“Vi, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat
kesukaanmu.” ajak Mbak Yati.
“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”
Sampai di dalam rumah Mbak Yati, ternyata Tarno
tidak ada. Menurut Bi Inah, pembantu Mbak Yati,
katanya Tarno hari ini tidak pulang, karena diminta
atasannya dinas ke luar kota.
“Vi, ternyata Tarno malam ini nggak pulang. Kamu
tidur aja disini, di kamar Tarno.” pinta Mbak Yati
sambil senyum penuh arti.
Aku tahu kemana arah pembicaraan Mbak Yati.
“Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno, aku takut
sendirian.” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Mbak Yati nanti nggak nyusul ke
kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yang denger.”
Mbak Yati cemberut, takut kalau ada yang dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Tarno, kalau
nanti malam saya dimakan semut, jangan heran lho
Mbak..!” saya pura-pura merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam
kalau semua orang udah pada tidur, kamu boleh
nyusul aku ke kamar, nggak saya kunci kamarku.”
bisik Mbak Yati pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.
Habis mandi, badan saya terasa segar kembali. Saya
langsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di
dalam kamar saya membayangkan apa yang akan
saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak
Yati. Saya akan bercinta dengan orang yang sudah
bertahun-tahun saya idamkan.
Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30
malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah
kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di
ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-
kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yang terakhir
nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan
acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari
suasana, saya keluar pura-pura pergi ke kamar
mandi. setelah benar-benar sepi, saya mengendap-
endap masuk ke kamar Mbak Yati.
Lampu di kamar Mbak Yati remang-remang. Mbak
Yati tidur telentang dengan mengenakan daster tipis
yang semakin memperindah lekuk tubuh Mbak Yati.
Tubuh Mbak Yati yang mungil tapi padat berisi,
terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut.
Dengan tidak sabar saya dekap tubuh Mbak Yati
yang sedang telentang bagaikan landasan yang
sedang menunggu pesawatnya mendarat.
Mbak Yati saya dekap hanya tersenyum sambil
berbisik, “Sudah nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan
sekali..”
Saya cium belakang telinganya yang mungil dan
ranum, kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya
dan akhirnya ke bibirnya yang mungil dan juga
ranum. Kedua tangan Mbak Yati mendekap erat di
leher saya. Tangan saya yang kiri saya letakkan di
bawah kepala Mbak Yati untuk merangkulnya.
Sedangkan tangan kanan saya gunakan untuk
membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan
dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya
gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar
payudaranya, dan ternyata Mbak Yati sudah tidak
memakai BH lagi.
Erangan-erangan lembut Mbak Yati mulai keluar dari
bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak
menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-
remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan
reaksi balasan yang cukup baik, karena kekenyalan
susu Mbak Yati kelihatan semakin bertambah.
Tangan kanan saya geserkan ke bawah, sebentar
mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan
akhirnya saya gunakan untuk mengusap
kewanitaannya. Ternyata Mbak Yati juga sudah tidak
memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan
mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya
dapat saya rasakan dari luar dasternya.
Kedua kakinya semakin melebar, memberikan
kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk
membelai-belai kewanitaannya. Ciuman saya
beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian saya
alihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya,
dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di
bukit kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit
kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting
susunya yang sudah mengacung. Ketika lidah saya
menyium sampai ke putingnya, nafas Mbak Yati
kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.
“Uuuccghh.. Allvii..!”
Tali daster yang menggantung di pundaknya, saya
pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit
kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya
yang sudah mengacung dan tegang. Saya ciumi
sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan saya jilati
putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari
tangan kanan saya secara bersamaan membelai-
belai kedua selangkangannya, yang terkadang
diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan
telapak tangan kanan saya. Belaian ini memberikan
kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk
meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.
Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir
luar kemaluannya yang sudah sangat basah. Saya
usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan
menggunakan ujung jari, membuat Mbak Yati
semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir
kewanitaannya semakin merekah dan semakin
basah.
Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang
semakin keras, jilatan lidah saya memberikan
sensasi yang kuat bagi Mbak Yati. Terbukti dia
semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya
semakin memburu dan lenguhannya semakin
kencang.
“Uuuccgghh.. Aaallvii.. uugghh.. eennaaggkk..”
Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri
bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi
sedikit menekan kedua susunya dengan kedua
tangan saya.
Setelah saya puas menciumi susunya, ciuman saya
geser ke arah perutnya, saya jilati pusarnya, kembali
Mbak Yati sedikit menggelinjang, mungkin karena
kegelian. Ciuman terus saya geser ke bawah, ke
arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik
lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman saya
arahkan ke rambut kemaluannya yang lebat.
Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali
Mbak Yati menggelinjang-gelinjang. Saya buka bibir
kemaluannya yang merekah, saya ciumi dan jilati
seputar bibir kewanitaannya, terus lidah saya
diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian saya gigit,
terkadang saya hisap klitorisnya.
Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya,
tangan Mbak Yati menjambak rambut saya.
Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang
dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher
saya, dan kicaunya semakin tidak karuan,
“Uuuccgghh.. Aaallvvii.. uughh.. ggeellii.. uuff..
ggeellii.. seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin
banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat
menyengat. Rintihan, lenguhan yang keluar dari
mulut Mbak Yati semakin kacau. Gerakan-gerakan
tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Mbak Yati
semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan,
kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya.
Saya mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme
akan segera melanda Mbak Yati. Untuk memberikan
tambahan sensasi kepada Mbak Yati, maka kedua
putingnya saya usap-usap dengan kedua jari
tangan, dengan mulut tetap menyedot dan
menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba, “Aaauughh..
Aallvvii aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”
Saya tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas
masih terengah-engah, Mbak Yati bangun dan
duduk.
“Ayo Alvi.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata
Mbak Yati sambil menidurkan saya telentang.
Gantian Mbak Yati telungkup di samping saya.
Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-
elus batang kemaluan saya yang sudah sangat
tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus
turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika
dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium
pusar, dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat,
basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal
saya. Ternyata Mbak Yati mulai mengocok dan
mengulum kejantanan saya. Mbak Yati
mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya
terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk
mengocok rudal saya.
Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah.
Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar,
membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada
getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan
lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran
listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh
saya. Kepala Mbak Yati yang naik turun mengocok
kejantanan saya yang saya bantu pegangi dengan
kedua tangan. Kocokannya semakin lama semakin
kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-
remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh
pori-pori tubuh saya seakan bergetar dan bergolak.
Getaran-getaran yang menjalar dari ujung kaki dan
dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan
bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal
keperkasaan saya.
Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya
kemaluan saya menjadi seolah tanggul yang
menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan
kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba saya
menjerit.
“Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”
Mendengar saya mengerang mau keluar, mulut
Mbak Yati tidak mau melepaskan batang kejantanan
saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut
Mbak Yati menyedot-nyedot cairan yang keluar dari
rudal saya dengan lahapnya, seakan tidak boleh ada
yang tersisa. Batang kemaluan saya dihisap-
hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya
sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Yati sangat
ahli dalam permainan oral.
Nafas saya sedikit tersengal, badan sedikit lemas,
karena seakan-akan semua cairan yang ada di
tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala,
habis keluar tersedot oleh Mbak Yati.
Mbak Yati tersenyum puas sambil menggoda,
“Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih
terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Mbak
Yati dengan berbangga.
“Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih
nikmat.”
Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi
ternyata Mbak Yati memang luar biasa. Baru istirahat
beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-
gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya,
membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya
kembali meremas-remasbatang kemaluan saya.
Karena masih darah muda, maka hanya sedikit
sentuhan, kemaluan saya langsung berdiri dengan
gagahnya mencari sasaran. Melihat batang
keperksaan saya dengan cepatnya berdiri lagi, wajah
Mbak Yati kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya
tetap mengocoknya, kami saling berciuman. Bibir
Mbak Yati yang mungil memang sangat
merangsang semua laki-laki yang melihatnya.
Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan
saya ke arah putingnya, membuat birahi Mbak Yati
juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi
tombol birahi. Begitu puting Mbak Yati disenggol,
lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua
kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya
menggebu-gebu.
Saya usap liang senggamanya dengan tangan,
ternyata liang kenikmatan Mbak Yati sudah sangat
basah.
“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir
saya dalam hati.
Mbak Yati menarik-narik punggung saya, seakan-
akan memberi kode agar senjata rudal saya segera
dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama tidak
dikunjungi burung pusaka.
“Ayo dong Vi..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan
nich..!”
Alat vital saya sudah semakin tegang, dan saya
sudah tidak sabar untuk merasakan kemaluan Mbak
Yati yang mungil. Saya sapukan perlahan-lahan
kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya.
Kelihatan sekali kalau Mbak Yati menahan nafas,
tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang
baru pertama kali main senggama. Setelah
menyapukan kepala rudal saya beberapa kali di bibir
kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya saya
masukkan burung saya ke sarangnya dengan
sangat perlahan.
Kedua tangan Mbak Yati meremas pundak saya.
Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam
dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali,
tandanya Mbak Yati sangat menikmati proses
pemasukan batang kejantanan saya ke liang
senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika
kepala kemaluanku membentur di dasar liang
kenikmatannya. Saya diamkan beberapa saat rudal
saya terbenam di liang senggamanya untuk
memberikan kesempatan kemaluan Mbak Yati
merasakan rudal kenikmatan dengan baik.
Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang
senggama Mbak Yati dengan metode 10:1, yaitu
sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh
panjang batang kejantanan saya, dan satu kali
tusukan penuh seluruh batang kejantanan saya
sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini
membuat Mbak Yati merancau tidak karuan. Setiap
kali tusukan saya penuh sampai ujung, saya kocok-
kocokkan kejantanan saya beberapa lama, akhirnya
saya rasakan kaki Mbak Yati melingkar kuat di
pinggang saya.
Kedua tangannya mencengkram punggung saya,
dan dadanya diangkat membusung, seluruh
badannya tegang mengencang, diikuti dengan
lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. Aallvvii..
aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”
Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan
dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-
remasan pada rudal saya yang sangat kuat,
membuat pertahann saya juga seakan makin jebol
dan akhirnya, “Ccrroot.. croot.. crrot..!” saya juga
keluar.
Setelah permainan itu, saya sering melakukan
hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali
saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Yati.
Ternyata nafsu seks Mbak Yati cukup besar, kalau
satu minggu saya tidak bermain seks dengan Mbak
Yati, pasti Mbak Yati akan main ke rumah, ataupun
setelah bekerja, dia akan menelpon saya di kantor
untuk meminta jatah.
Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Yati
bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan.
Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel, di mobil,
di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-
tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah
bermain seks di atas kap mesin mobil saya.
Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan
perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa,
memberikan pengalaman tersendiri yang cukup
mengasyikkan.


Adult | GO HOME | Exit
1/3281
U-ON

inc Powered by Xtgem.com